Perang Dagang Amerika Serikat - China Akhirnya Cair, Kedua Negara Sepakat Turunkan Tarif Impor

--
DISWAY, SULSEL -- Kabar gembira diumumkan langsung oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent.
Amerika Serikat dan China resmi menyepakati penurunan tarif impor secara besar-besaran setelah pertemuan penting di Jenewa, Senin waktu setempat.
Dalam konferensi pers yang dinanti-nanti, Bessent menyatakan bahwa kedua negara sepakat untuk melakukan “jeda” selama 90 hari terhadap aksi saling balas tarif.
Selama periode ini, tarif akan dipangkas lebih dari 100 poin persentase, turun drastis menjadi hanya 10 persen.
Sebuah langkah besar yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah konflik dagang dua negara raksasa ini.
“Kedua negara telah mewakili kepentingan nasional mereka dengan sangat baik,” kata Bessent.
“Kita sama-sama ingin perdagangan yang seimbang. AS akan terus menuju ke sana.” dilansir dati New York Post.
Ia tampil bersama Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menegaskan bahwa diskusi akhir pekan lalu menunjukkan kemajuan besar dalam merapatkan perbedaan.
Ini menjadi sinyal paling kuat bahwa babak baru hubungan dagang AS-China telah dimulai.
Tarif Selangit dan Saling Serang
Sejak kembali menjabat pada Januari lalu, Presiden Donald Trump langsung tancap gas dengan kembali menaikkan tarif impor barang dari China hingga menyentuh angka 145 persen.
Tarif tinggi ini ditambah dengan beban yang sudah ada sejak masa jabatan pertamanya, serta sisa-sisa kebijakan dari era Joe Biden.
Hasilnya? Ketegangan dagang kembali meledak.
China tak tinggal diam.
Mereka membalas dengan membatasi ekspor unsur tanah jarang (rare earth) — komoditas penting bagi industri senjata dan elektronik AS — serta menaikkan tarif untuk barang-barang asal AS hingga 125 persen.
Imbasnya sangat terasa. Hampir $600 miliar nilai perdagangan dua arah mandek.
Rantai pasok global terganggu, perusahaan-perusahaan multinasional was-was, bahkan PHK mulai terjadi. Ancaman stagflasi—gabungan inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi lemah—menghantui.
Pasar Langsung Merespons Positif
Kabar kesepakatan ini langsung menggairahkan pasar keuangan dunia.
Di Wall Street, indeks saham berjangka melonjak sementara dolar AS menguat terhadap mata uang-mata uang safe haven seperti yen dan franc Swiss.
Investor menyambut positif sinyal perdamaian dagang yang bisa meredam risiko resesi global.
Ekonom menyebut langkah ini sebagai titik balik penting.
“Penurunan tarif hingga 100 poin ke angka 10% adalah sinyal bahwa kedua negara akhirnya bersedia berdamai demi kepentingan global,” ujar analis ekonomi dari Geneva Trade Forum.
Meski kesepakatan ini disambut hangat, banyak pihak tetap waspada.
Sumber: