Mahasiswa KKN Unhas Bekali Masyarakat Jeneponto tentang BHD

Mahasiswa KKN Unhas Bekali Masyarakat Jeneponto tentang BHD

Minimnya pemahaman masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan kurangnya literasi di Masyarakat mengenai penggunaan obat yang rasional, khususnya dalam penanganan penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan asam urat menjadi kekhawatiran bag--

DISWAY, SULSEL - Minimnya pemahaman masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan kurangnya literasi di Masyarakat mengenai penggunaan obat yang rasional, khususnya dalam penanganan penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan asam urat menjadi kekhawatiran bagi mahasiswa KKN Profesi Kesehatan Angkatan ke 67 Universitas Hasanudin di Desa Tonjonga, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

 

Menanggapi kekhawatiran tersebut, mahasiswa KKN Profesi Kesehatan Angkatan ke 67 Universitas Hasanudin, mengedukasi dan melayani konsultasi gratis bagi warga di 6 dusun di Desa Tonjonga, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto pada tanggal 2 – 4 Agustus 2025. Dusun yang menjadi sasaran program tersebut yakni Dusun Kayu Kebo, Dusun Kayu Kebo Utara, Dusun Bungung Tongko, Dusun Panaikang, Dusun Sunggumanai dan Dusun Tanjonga.

 

“Kegiatan ini dilaksanakan melalui penyuluhan, diskusi, serta konsultasi obat langsung kepada masyarakat lansia dan dewasa. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang cara penggunaan, penyimpanan, serta pembuangan obat yang benar dan aman, khususnya untuk penyakit yang memerlukan terapi jangka panjang sehingga bermanfaart dalam meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam berobat, menekan angka komplikasi penyakit metabolik, serta menciptakan masyarakat yang lebih mandiri dan sadar akan Kesehatan”, kata Ni'mah Azizah, salah satu mahasiswa KKN Profesi Kesehatan Angkatan ke 67 Universitas Hasanudin disela kegiatan tersebut.

 

Syauqi Maulana Yusuf mahasiswa KKN Profesi Kesehatan Angkatan ke 67 Universitas Hasanudin lainnya juga menyebutkan, kegiatan edukasi dan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dilakukan dengan pelatihan langsung mengenai teknik BHD, termasuk simulasi Resusitasi Jantung Paru (RJP) oleh tenaga medis. Kegiatan ini dirancang agar masyarakat mampu memberikan pertolongan pertama sebelum bantuan medis tiba sehingga bermanfaat dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam kondisi darurat medis, menurunkan risiko kematian akibat keterlambatan penanganan, dan memberdayakan warga untuk bertindak cepat dan tepat saat terjadi henti jantung atau kecelakaan.

 

Salah satu peserta, ibu rumah tangga di Desa Tanjonga, mengungkapkan antusiasnya setelah mengikuti sesi edukasi obat.

“bagus ini edukasi ta, sekarang baru di tau kalau ndak semua obatnya anakku bisa disimpan di kulkas, terus juga ndak bole sembarangki tukar-tukar obat, karena bisa bahaya ki di’,” ujarnya sambil tersenyum.

 

Tingkat literasi kesehatan masyarakat yang masih rendah, sehingga perlu pendekatan yang komunikatif dan berulang. Beberapa peserta memiliki keterbatasan dalam membaca label obat atau memahami instruksi kesehatan.

Kurangnya kepercayaan diri masyarakat dalam mempraktikkan langsung tindakan BHD, terutama saat simulasi.

Terbatasnya sarana dan prasarana pelatihan serta kebutuhan adaptasi materi dengan budaya lokal agar mudah dipahami, jelas Syauqi.

 

Harapannya, kegiatan ini menjadi langkah awal terbentuknya masyarakat yang lebih sadar, sigap, dan cerdas dalam menghadapi persoalan kesehatan, baik dalam penggunaan obat maupun dalam menghadapi situasi darurat medis.

 

“Kedepannya, kami ingin ada program lanjutan dan kolaborasi berkelanjutan antara tenaga kesehatan, pemerintah desa, dan warga, agar pengetahuan yang diberikan terus diterapkan dan dikembangkan secara mandiri oleh Masyarakat”, demikian Ni'mah Azizah dan Syauqi Maulana Yusuf.(*)

Sumber: