Sang Manager "Choach"
Andi Muhammad Jufri, M.Si Praktisi Pembangunan Sosial--
Kesadaran ini menjadi penting karena rakyat adalah pemilik saham negeri ini. Sebagai negara demokrasi, pemilu nasional tahun 2029, nanti, adalah penetapan sikap dan pilihan rakyat terhadap pemimpin "coach" selanjutnya. Akankah, Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dilanjutkan atau ada pilihan pemimpin "coach" baru di negeri ini, rakyat akan mengevaluasi dan memutuskan.
Dalam evaluasi satu tahun kinerja pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, menunjukkan tingkat kepuasan publik 78,1% (Poltracking Indonesia), 83,5 % (Index Politica), 74,8 % (LSI), skor rata-rata 3,07 (dari 0,00 -5,00 : sedang) (IndoStrategi), dan nilai 3 ( dari skala 0 -10 : buruk) (Center for Economic and Law Studies- Celios).
Secara umum, hasil survei evaluasi kinerja "coach" negeri ini, cukup tinggi. Walaupun, ada juga hasil survei yang memberikan nilai kurang. Sebagai "coach", segala hasil survei tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk menutupi kelemahan, memaksimalkan potensi, serta mengembangkan strategi yang lebih inovatif dan kreatif.
"Coach" tidak boleh jumawa atau lengah sedikit pun. Dalam sepakbola, 90 Menit waktu berharga dan setiap detik sangat menentukan. Seringkali Klub pemenang, lahir dari kelemahan 1 detik dari salah satu pemain. Oleh karenanya, pergantian pemain (tim) adalah wajar. Situasi terkini di lapangan dan kondisi pemain menjadi perhatian utama sang "Choach". Seringkali, pemain yang masuk menjadi penentu kemenangan. Jadi, bila Presiden Prabowo, melakukan pergantian kabinet adalah kewajaran dan kita patut apresiasi.
Bila dalam sepakbola, investor sebagai pemilik saham penentu keberlanjutan pemimpin "choach" sebuah klub. Maka, di kepemimpinan nasional "choach" ditentukan oleh rakyat, sang pemilik saham negeri. Oleh karena itu, perlu bagi "choach" negeri ini, memperhatikan berbagai "kode" rakyat (aksi demo) yang terjadi. Dalam keadaan tertentu, prestasi atau capaian menjadi bias dan ter-anomali karena ketidakpedulian pada kode rakyat (demo).
Sebagai negeri yang sangat luas, kita tidak bisa mengharapkan hanya pemimpin nasional yang bergerak. Kita menunggu, pemimpin Gubernur dan Bupati/Walikota, Camat dan Lurah/Desa, dan juga Kementerian/Lembaga, Dinas dan Suku Dinas, dapat melakukan evaluasi reguler dan berani mengganti tim yang malas, tidak trampil, lelah atau lengah. Kita ingin, ada budaya pemerintahan yang baik, profesional, cepat, tanggap, responsif, mengabdi setulusnya untuk rakyat, bekerja untuk memberikan pelayanan prima, transparan, akuntabel, tepat sasaran, serta bebas dari praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).
Bila di Sepakbola hanya "11 pemain" yang berkeringat, maka di negeri yang luas ini, seluruh komponen bangsa menjadi penentu keberhasilan. Bila para pemimpin di berbagai level, dapat memberikan contoh (tauladan), maka semangat membangun negeri secara gotong royong, kolektivitas, kolaborasi dan sinergi dapat dijalankan. Inilah, kunci meraih kemenangan menggapai keadilan dan kesejahteraan rakyat. Semoga !
Sumber:
