Dialog Kebangsaan Satu Upaya FKUB Enrekang Tangkal Perpecahan Umat Beragama

Dialog Kebangsaan Satu Upaya FKUB Enrekang Tangkal Perpecahan Umat Beragama

<strong>diswaysulsel.com, ENREKANG</strong> -- Banyak persoalan kebangsaan, termasuk masalah kerukunan umat dapat diselesaikan dengan berdialog. Demikian disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Enrekang, Syawal Sitonda. Pernyataan tersebut ia lontarkan di acara Dialog Kebangsaan yang digelar atas kerja sama Kesbangpol Enrekang di pendopo Rumah Jabatan Bupati Enrekang, Kamis (17/11/2022). Syawal Sitonda menyampaikan, Dialog Kebangsaan kali ini diikuti oleh 45 peserta. Terdiri dari perwakilan dari unsur agama, organisasi, perguruan tinggi. "Ini (Dialog Kebangsaan) adalah salah satu upaya kita mencegah masalah kerukunan, menjaga silaturahmi antar umat beragama," jelas Syawal. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Pemkab Enrekang atas atensinya terhadap kerukunan umat beragama. "Enrekang menjadi Pemda terbaik ketiga di Sulsel, setelah Makassar dan Lutim, dalam hal perhatian Pemda terhadap FKUB," aku dia. Dialog Kebangsaan tersebut mengangkat tema 'Membangun Kebersamaan dalam Bingkai Kebhinekaan Demi Mewujudkan Enrekang yang Maju, Aman, Sejahtera, Religius dan Berkelanjutan'. Membuka acara, Wakil Bupati (Wabup) Enrekang Asman menuturkan, toleransi di Bumi Massenrempulu masih terjaga. Daerah ini, lanjut Asman, diberkahi dengan keberagaman. "Kita berbatasan langsung dengan kabupaten dengan mayoritas umat Kristiani. Sementara Enrekang dikenal sebagai mayoritas Muslim dengan beragam organisasi. NU, Muhammadiyah, dan lainnya bisa berbaur di mesjid," tutur Asman. "Juga, kita kaya dengan adat budaya yang beraneka ragam di pelosok yang dilindungi Perda masyarakat adat," imbuh dia. Kepala Kemenag Enrekang Irman mengajak peserta memperkuat wawasan kebangsaan, menghargai perbedaan, dan menjauhi kekerasan. "Kita perkuat moderasi pemahaman beragama. Semakin baik pemahaman agama kita, maka semakin kita toleran menghadapi perbedaan," kata Irman. Keberagaman dan toleransi yang senantiasa terjaga, menciptakan lingkungan yang kondusif. Ini merupakan faktor penting kesuksesan pembangunan. Diskusi mengenai keberagaman sudah seharusnya selesai. Tugas penting saat ini, menghadapi tahun politik dengan cerdas. Jangan sampai terbawa isu-isu perdebatan identitas, terutama lewat medsos. "Yang namanya pemilihan, pasti ada perbedaan pilihan. Tugas kita memberi pemahaman yang baik untuk masyarakat. Di pengajian, di kebaktian, dan lainnya, berikan pencerahan agar tidak terjebak politik yang tidak sehat," tegas Asman. (*)

Sumber: