Puluhan Desa di Bone Terancam Kekeringan, Warga Mulai Kesulitan Dapatkan Air Bersih
<strong>diswaysulsel.com, BONE </strong>- Memasuki musim kemarau yang saat ini sudah mulai terjadi di kabupaten Bone mengakibatkan puluhan desa dari beberapa kecamatan terancam kekeringan. Warga saat ini dibeberapa desa sudah mulai merasakan kesulitan untuk mendapatkan air yang bersih dikarenakan beberapa sumber mata air seperti sumur dan sungai mulai surut dan keruh. Beberapa masyarakat dibeberapa desa sudah memulai menyiapkan dan membuat penampungan air sementara untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih yang sudah mulai dirasakan. Seperti beberapa desa di kecamatan Palakka Ponre, Tellu Siattinge, Tana Riattang Timur dan Tonra. Warga Atakka desa Melle, Palakka, mengakui jika dalam dua pekan terakhir ini cuaca dirasakan sangat panas disaat siang hari dan tanah -tanah kebun sudah terlihat retakan-retakakan yang menandakan mulai akan terjadi kekeringan. " Biasanya kalau sudah masukmi musim panas (kemarau) begini pasti. Susah mi biasanya dapatkan air bersih karena kita di sini masih banyak yang kesehariannya memenuhi kebutuhan airnya masih mengandalkan sumur , walau sebahagian warga di sini sudah menggunakan sumur bor ," terang Rasyid, warga Melle, Rabu (6/9/2023). Namun diakuinya juga jika di desanya walau mengalami kemarau atau kekeringan. Kondisi perswahaan masyarakat yang mayoritas petani masih produktif dikarenakan selain sudah ada irigasi, Pemerintah sudah menempatkan beberapa sumur bor untuk mengantisipasi keringnya irigasi yang mulai surut. " Beberapa tahun terakhir ini kami sebagai petani sudah tidak kuatir dengan dampak kemarau terhadap sawah-sawah kami. Pasalnya sudah ada beberapa sumur bor dan pomlanisasi untuk mengantisipasi surutnya air irigasi yang mengalir kesawah Jelas,” kata Rapi Dg Matteru, warga Desa Melle. Kekeringan juga dirasakan beberapa desa di kecamatan Ponre, diantaranya Desa Bolli yang tiap tahun terdampak kekeringan jika memasuki musim panas dan dampaknnya beberapa masyarakat sudah terlihat membeli air galon untuk dipakai memasak dan untuk diminum. "Kami masyaraka t di sini sudah terbiasa merasakan kekeringan dan susahnya air bersih karena setiap tahun jika musim kemarau tiba pasti desa kami ini mengalaminya," jelas Masnu, warga Desa Bolli. Selain sulitnya air bersih. Dampak musim kemarau dan panas ini juga sering berdampak pada kebakaran lahan dan rumah penduduk . "Yang kami khawatirkan itu adalah sering terjadi kebakaran rumah," imbuh beberapa warga. Berbeda dengan Kecamatan Palakka yang masih bisa bercocok tanam dengan bantuan sumur. Kecamatan Ponre justru sebahagian masyarakat tidak bisa mengolah sawahnya karena sulitnya air baik dari irigasi yang debit airnya berkurang . "Namun ada juga beberapa warga tetap bisa mengolah dan membajak sawahnya karena dibantu dengan adanya sumur bor dan terkadang kami bekerja sama dengan petani lainnya untuk mengupayakan pompanisasi untuk memenuhi kebutuhan air sawah," sebut Alim, warga Ponre . Kecamatan-kecamatan yang wilayahnya banyak terdapat lahan tambak ikan seperti di kecamatan Tonra, warga yang berprofesi sebagai petani tambak akan kewalahan dikarenakan mayoritas petani tambak masih mengandalkan air pasang untuk mengisi air tambaknya. "Biasanya untuk mengantisipasi musim panas dan kering seperti saya ini, kami terkadang menggunakan pompa air untuk mengisi air ditambak karena air pasang tidak mampu untuk sampai di tambak sebab mengalami kekeringan," keluh Muhlis , salah satu warga Tonra. (Subaer)
Sumber: