Politik Masjid
<strong>Oleh: Sovianto</strong> POLITIK dan Agama sejatinya tak bisa dipisahkan. Itu tercermin di era Nabi Muhammad tahun 570-632 Masehi. Dan masjid salahsatu tempatnya. Masjid saat itu dijadikan tempat pergolakan pemikiran ummat dari segala aspek kehidupan, terutama ekonomi dan politik. Usai melaksanakan sholat, para jamaah tak langsung meninggalkan masjid. Mereka saling bertegur sapa antar sesama. Bukan untuk gosip, akan tetapi saling bertukar kabar sesama ummat. Tak sedikit wajah para jamaah di masjid yang tadinya ceria seketika menjadi sedih. Mendengar kabar duka dari beberapa kerabat yang sahid, Apalagi saat perang. <strong>Mesjid Jaman Now</strong> Pemanfaatan masjid di zaman Nabi sangatlah berbeda saat ini. Kira-kira bergeser 90 derajat. Usai sholat, kebanyakan masjid baik di kota ataupun di daerah langsung digembok. Beberapa lampu dipadamkan. Seakan memberi pesan ke semua orang, terutama kaum musafir dan marjinal "Dilarang masuk! Ada ratusan ton emas peninggalan Soekarno di dalam." Fenomena kaum terlantar yang tidur di depan ruko, ataupun di pinggir jalan bukan tidak mungkin salahsatu penyebabnya karena masjid digembok. Masjid kini tak ubahnya Ka'bah di zaman Nabi Ibrahim. Hanya menjadi tempat spritual (Sembah Berhala) belaka. Bukan menjadi rumah bagi seluruh ummat manusia. Masjid juga kerapkali menjadi tempat pencitraan bagi segelintir calon tikus berdasi. Menjalankan ibadah dengan tiap sudut ruang penuh kamera. Lebih konyol lagi, masjid dijadikan pekerjaan beberapa orang bergelar ustadz. Ingin berceramah sejarah Nabi dengan berbagai dalil di Al-Quran atau Hadish, tapi dengan catatan harus ada amplop. Minimal uang merah dua lembar dan biru satu lembar. <strong>Demokrasi Masjid</strong> Sejatinya masjid adalah rumah ummat manusia. Tak hanya orang yang berkeyakinan Islam, akan tetapi untuk kepercayaan lainnya. Di tahun politik ini, masjid menjadi salahsatu tempat favorit untuk mengukur tingkat keimanan calon legislatif atau eksekutif. Alhasil beberapa di antara mereka, calon pemimpin, saat menginjakan kaki ke masjid untuk beribah menjalankan kewajiban, bagi segenap orang beranggapan itu hanyalah pencitraan belaka. Pemikiran negatif tersebut hadir karena beberapa oknum calon legislatif atau eksekutif pernah melakukannya. Terbaru Capres 03, Ganjar Pranomo muncul di Adzan Magrib dalam TV. (<strong>Sovianto)</strong>
Sumber: