Idul Adha Sebagai Bentuk Kepedulian dan Kepekaan Sosial

Idul Adha Sebagai Bentuk Kepedulian dan Kepekaan Sosial

Oleh : Andi Muh Syaiful Haq (Ketua PB HMI Bidang Pembinaan Anggota)   Idul Adha adalah suatu perayaan setiap tahunya oleh ummat Islam seluruh dunia. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Idul adha atau yang sering disebut sebagai hari berqurban juga mencerminkan aktualisasi kehendak berkorban dan kebaikan sosial dalam masyarakat Muslim. Praktik qurban sudah dilakukan pada zaman Nabi Ibrahim A.S hingga sampai hari ini sudah menjadi kewajiban bagi ummat muslim untuk menjalankanya. Sehingga mengajarkan umat muslim untuk menginternalisasi nilai-nilai keberkahan dalam berkorban. Berkorban bukanlah sekadar tentang melepaskan sesuatu yang dimiliki, tetapi juga tentang menghargai nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam kehidupan bersosial, konsep ini tercermin dalam sikap gotong royong, solidaritas, dan empati terhadap sesama. Momentun perayaan Idul adha (hari qurban) merupakan hari yang amat mulia dan ditunggu-tunggu setiap tahunya, kenapa ? karena hari raya tersebut setiap umat Islam bersilaturahim antar sesama baik itu silaturahim dengan keluarga, tetangga maupun masyarakat umum. Momen ini sangatlah berharga dan bernilai tinggi sebab betapa bahaginya kita saat hari raya Idul adha bisa bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarga tercinta di rumah masing-masing. Idul adha juga mengingatkan kita pada kondisi dan gejala sosial yang terjadi saat sekarang ini terutama di Indonesia, mulai dari aspek penegakan hukum yang kurang baik, sistem pendidikan yang tidak efektif dan yang paling penting pada aspek ekonomi yang memberikan pengaruh besar sehingga terjadinya kriminalitas di masyarakat, kemiskinan dimana-mana dan masih banyak gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Semua itu dikarenakan kurangnya kepedulian pemerintah dan kepekaan antar masyarakat. Selain sebagai bentuk ibadah pribadi, qurban juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Melalui qurban, umat muslim diajak untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial masyarakat. Zakat yang dikumpulkan dari qurban digunakan untuk membantu fakir miskin, yatim piatu, dan kaum dhuafa, sehingga mengurangi kesenjangan sosial dan menguatkan solidaritas antar individu dalam masyarakat. Pelaksanaan ibadah qurban juga memberikan kesempatan bagi umat muslim untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama. Proses distribusi daging qurban kepada yang membutuhkan tidak hanya menjadi sarana untuk memberikan bantuan materi, tetapi juga untuk mempererat ikatan sosial dan kemanusiaan antara sesama anggota masyarakat. Qurban juga memberikan pelajaran penting tentang keadilan dan kesejahteraan sosial. Praktik ini mengajarkan bahwa keberkahan dan keadilan sosial hanya dapat tercapai melalui pengorbanan dan berbagi. Dengan memberikan bagian dari harta mereka kepada yang membutuhkan, umat muslim aktif berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Secara keseluruhan, ibadah qurban bukan hanya tentang mengorbankan hewan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT, tetapi juga tentang aktualisasi kehendak berkorban dan kebaikan sosial dalam masyarakat muslim. Melalui qurban, umat muslim diajak untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai keberkahan, solidaritas, dan keadilan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, qurban tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga sarana untuk memperkuat ikatan sosial, memperluas cinta kasih, dan memperkokoh fondasi kemanusiaan dalam masyarakat.

Sumber: