ASS Hanya Cagub “Boneka”, Semua Dikendalikan Amran
<strong>diswaysulsel.com, MAKASSAR </strong>- Bakal Calon Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Sudirman Sulaiman (ASS) dianggap hanya bakal Cagub "Boneka" di Pemilihan Gubernur (Pilgub). Ini lantaran ia diduga kendalikan penuh oleh kakaknya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Semua pergerakan politik dari mantan Gubernur Sulsel itu, ditengarai merupakan hasil dari manuver yang dilakukan oleh sang kakak, Andi Amran Sulaiman. Selama tahapan penjajakan parpol, Amran paling menonjol melakukan komunikasi politik dengan partai-partai. Termasuk lobi semua rekomendasi parpol dilakukan langsung oleh Amran Sulaiman di tingkat pusat. Amran pun selama ini dinilai sebagai aktor belakang layar dari karir politik adiknya itu. Mulai dari penjajakan partai hingga menggerakkan relawan dan simpatisan, Menteri Pertanian RI itu dikabarkan punya banyak andil. Bahkan terbaru, Amran dikabarkan membeli sebuah hotel mewah untuk dijadikan posko pemenangan sang adik, ASS. Oleh karena itu, ASS pun selama ini dinilai sebagai figur politisi yang tidak mandiri. Asumsi ini pun menguat setelah pada tahapan penjaringan Bacakada di tiap parpol, ASS menjadi figur juru kunci. Tak ayal, beberapa parpol yang awalnya terkesan menutup pintu, berubah arah saat ASS mendaftar di injury time. Lantas, apakah benar semua hal itu mengindikasikan bahwa ASS hanya Cagub "Boneka" pada Pilgub Sulsel? Apakah hal ini untuk memenuhi ambisi sang kakak, Amran Sulaiman untuk menduduki puncak kekuasaan di Sulsel? Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Rizal Fauzi menjelaskan bahwa pada prinsipnya asumsi ini muncul tentu bukan tanpa alasan. Tetapi, kata dia, karena secara track record ASS memang terlihat minim dalam hal politik. "Bahkan kemunculan di dunia politik tidak terlepas dari peran besar sang kakak, Andi Amran Sulaiman khususnya ketika memasangkan Prof. Nurdin dengan Andi Sudirman Sulaiman. Jadi saya pikir memang asumsi itu tidak sepenuhnya salah karena minimnya track record," ujar Rizal kepada Harian Disway Sulsel, Minggu 4 Agustus 2024. Indikasi kedua, menurut Rizal, walaupun berstatus petahana ASS menurutnya belum melakukan akselerasi politik yang kuat. Misalnya belum menjadi kader partai politik atau pengurus inti partai politik. "Kemudian pada Pilpres kemarin juga tidak menjadi ketua tim kemenangan. Jadi saya pikir itu membuat orang berasumsi bahwa Sudirman Sulaiman ini direkomendasikan parpol bukan karena dirinya, tetapi karena kakaknya," terangnya. Tetapi, terlepas dari semua itu, lanjut Rizal, tentu terlihat ASS secara survei memiliki angka yang lumayan tinggi. Popularitas dan elektabilitasnya ada. Tentu karena dia merupakan petahana, sehingga punya hal yang dilihat dari kerja-kerjanya. "Tetapi yang pasti adalah, bahwa tidak bisa dipungkiri pencalonan Sudirman Sulaiman ini adalah karena kekuatan atau Amran Sulaiman efek lah kira-kira begitu," sebut akademisi FISIP Unhas ini. "Kalau terkait dengan boneka, saya pikir tidak bisa dipungkiri dalam konsep oligarki, dalam konsep kekuasaan tentu yang memiliki sumber daya yang bisa mengatur. Dalam artian kalau Pak Amran punya sumber daya yang banyak dikeluarkan untuk memenangkan adeknya saya pikir kekuatan potensi untuk mengaturnya jauh lebih besar," sambungnya. Akan tetapi, lanjut Rizal, ini adalah bagian dari asumsi. Dalam pendekatan konseptual, kalaupun akhirnya ke depan ASS terpilih dan kemudian banyak mengikuti arahan Amran Sulaiman, tentu itu juga bukan menjadi suatu hal yang mustahil. Namun, kata dia, ada juga peluang ASS ini bisa bekerja lebih optimal untuk Sulawesi Selatan. Karena, kalau ASS bisa bekerja dengan optimal, ini juga menguntungkan Amran Sulaiman ke depan. "Menguntungkan Amran untuk menjadi tokoh di level nasional bahkan bisa menjadi the next JK (Jusuf Kalla)," tukasnya. Asumsi-asumsi ini diketahui lahir karena baik ASS maupun Amran Sulaiman tak terdeteksi melakukan komunikasi politik di tingkatan lokal. Diduga semua lobi-lobi partai yang dilakukan terjadi di tingkatan pusat dengan Amran sebagai aktor utamanya. Sebab, Ketua IKA Unhas itu memiliki jejaring yang luas di tingkatan pusat. Teranyar, partai politik yang dilobi ke tingkat pusat adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai yang diketuai oleh putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep itu memberikan rekomendasi dukungan kepada paket ASS-Fatma di Pilgub Sulsel. Padahal, sebelumnya hanya ada dua nama Bacagub, tanpa ASS, yang berkomunikasi dengan Partai "Mawar" tersebut. Meskipun diasumsikan seperti itu, Ketua DPW PSI Sulsel, Muhammad Surya menampik anggapan bahwa partainya memberikan rekomendasi kepada ASS karena mendapat lobi langsung di tingkat pusat. "Tidak ada pertimbangan khusus. Pertimbangannya karena kita mau yang menang. Melihat survei beliau di atas rata-rata. Jauh melampaui kandidat yang lain," ungkap Surya. Selain PSI, partai politik lain yang juga secara mengejutkan memilih merekomendasikan ASS di Pilgub adalah Partai Demokrat. Pasalnya, ASS datang sebagai Bacagub yang mengikuti tahapan penjaringan di Partai "Mercy" ini pada detik-detik terakhir. Sementara, sebelumnya Ketua DPD Demokrat Sulsel, Ni'matullah pun sempat mengungkapkan akan merapat ke kubu Gerindra yang mengusung Andi Iwan Darmawan Aras (AIA). Namun pada akhirnya, rekomendasi dari partai Demokrat ini berlabuh pada paket ASS-Fatma. Di mana surat rekomendasi tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Rekam jejak dan sepak terjangnya (ASS) juga tentunya telah menghadirkan berbagai kemajuan, progres bagi Sulawesi Selatan," ungkap AHY, pertimbangan Demokrat memilih ASS sebagai usungan di Pilgub Sulsel. Selain PSI dan Demokrat yang telah resmi memberikan rekomendasi dan dukungannya, diprediksi beberapa parpol seperti Gerindra, Golkar dan PKS juga nantinya akan merapat ke kubu ASS-Fatma. Adapun semua penjajakan partai politik di tingkat DPP ini, diduga tidak terlepas dari andil seorang Amran Sulaiman. Harian Disway Sulsel mencoba mengkonfirmasi hal ini kepada juru bicara dan tim pemenangan ASS, namun sampai berita ini terbit belum mendapat jawaban. (REG/E)
Sumber: