Arindra mulai merasakan itu, kesedihannya sedang dinaturalisasi oleh sebaris notifikasi. Ia pun menggeser layar ke bawah, mencari-cari pesan dari manusia, bukan dari mesin. Tapi ia tidak menemukannya.
Pesan yang muncul dan terkesan mengerti dirinha hanya rekomendasi, iklan, reminder, dan ucapan selamat dari platform bahwa “limit Anda dinaikkan”. Tiba-tiba, layar ponselnya berubah. Aplikasi kesehatan membuka "dirinya sendiri", menampilkan grafik detak jantung Arindra yang melonjak. “Terdeteksi lonjakan stres. Cobalah meditasi.”.
Ia tidak pernah memintanya, namun mesin itu bertingkah seperti seorang "ustadz" digital yang tahu isi hatinya lebih baik daripada dirinya sendiri.
Arindra mendengus, “Sekarang kau ingin menenangkan jiwaku juga?” katanya, meski ia tahu mesin tidak akan menjawab. Tapi tepat setelah itu, video rekomendasi muncul, suara tenang seorang perempuan dari aplikasi meditasi berbisik. “Tarik napas… lepaskan… tidak ada yang perlu ditakuti.”
Arindra menggeleng, antara muak dan takjub.“Jadi ini dunia yang kalian bayangkan?” gumamnya pelan.
“Dunia di mana mesin bukan hanya membantuku, tapi juga berusaha membentuk aku?”
Ia menatap langit-langit kamar, yang sekarang tampak seperti kubah teater tempat mitos modern dipentaskan. Dalam kesunyian itu, ia sadar bahwa AI bukan hanya mesin jawaban, ia adalah mesin pembingkai realitas. Mesin yang mencoba menulis kembali hidup manusia agar cocok dengan data yang dikumpulkannya.
Dan ketika mesin mengemas semuanya dalam bahasa yang lembut, teratur, dan penuh logika, maka yang paling berbahaya bukanlah kebohongannya. Tetapi keyakinan bahwa itu semua adalah kebenaran dari "Dewa Apollo" yang diutarakan lewat mesin. Kebenaran yang “alami”, kebenaran yang tak perlu dipertanyakan.
Arindra menatap ponselnya sekali lagi, kini ia melihatnya bukan sebagai alat, tapi sebagai penafsir, peramal, dan penentu. Mesin itu diam, tapi dalam diam itulah ia berbunyi paling keras.
Arindra menggenggam ponselnya erat. Untuk pertama kalinya hari itu, bukan karena butuh, tetapi karena ia sadar ia sedang diperhatikan, dipetakan, dan perlahan-laha didefinisikan.