Soroti Bulog Sulselbar, Dewan Heran Harga Beras Naik Signifikan di Tengah Stok Melimpah

Soroti Bulog Sulselbar,  Dewan Heran Harga Beras Naik Signifikan di Tengah Stok Melimpah

--

DISWAY,  SULSEL  - Perum Bulog Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) mengakui terjadinya kenaikan harga beras.  Empat faktor  yang memicu kenaikan harga beras di wilayah Sulsel dalam beberapa pekan terakhir.

Hal ini disampaikan Pimpinan Wilayah Bulog Sulselbar, Fahrurozi, usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi B DPRD Sulsel, di Kantor DPRD Sulsel, Rabu, 6 Agustus 2025.

“Saat ini harga beras memang mengalami kenaikan cukup signifikan. Kami identifikasi ada empat faktor utama penyebabnya,” ujar Fahrurozi.

Ia menjelaskan, faktor pertama adalah berakhirnya masa panen raya. Menurutnya, Sulsel sebagai salah satu lumbung beras nasional baru akan memasuki panen berikutnya pada Agustus hingga September.

“Panen besar sudah selesai. Stok dari panen terakhir masih tersisa, tapi suplai dari petani mulai menurun. Kami harap panen Agustus bisa menstabilkan harga kembali,” jelasnya.

Faktor kedua, lanjut Fahrurozi, adalah munculnya isu-isu sensitif terkait perusahaan beras yang berdampak psikologis pada para pelaku usaha di sektor ini.

“Ada ketakutan dari produsen atau distributor. Mereka jadi ragu menyalurkan beras karena khawatir terseret isu hukum, ini ganggu distribusi di beberapa jalur,” ungkapnya.

Faktor ketiga adalah belum optimalnya distribusi program SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).

Bulog menilai, pendistribusian SPHP masih terfokus di perkotaan, dan belum merata menjangkau kecamatan hingga desa.

“Distribusi SPHP belum tembus ke lapisan paling bawah. Karena itu kami gandeng TNI dan Polri untuk perluas jangkauan,” ujar Fahrurozi.

Menurutnya, gerakan bersama SPHP akan dilakukan menyeluruh di Polsek, Koramil, Kodim, dan Polres sebagai upaya mempercepat pendistribusian beras dengan harga terjangkau ke masyarakat.

Faktor keempat adalah faktor teknis daya tahan dan kualitas beras yang berpengaruh pada pasokan pasar.

Meski Bulog memiliki cadangan 505 ribu ton beras di Sulsel, kualitas beras sebagai komoditas mudah rusak (perishable goods) sangat bergantung pada cara penyimpanan.

“Stok kami cukup untuk 50 bulan. Tapi beras ini tidak tahan selamanya. Idealnya maksimal dua tahun jika disimpan baik, setelah itu mutu bisa menurun,” jelasnya.

Sumber: