Makna Imlek Tinjauan Iman Khonghucu
<h3>Oleh: Js. Erfan Sutono / Tokoh Muda Khonghucu</h3> <h4>* MAKNA ‘TAHUN BARU’ DITINJAU DARI ASPEK KULTURAL-FILOSOFIS</h4> Sejarah peradaban manusia mengenal berbagai-macam kalender, yang dapat dikelompokkan dalam tiga sistem : Lunar, Solar, dan Lunisolar. Sistem Lunar berdasar peredaran bulan mengelilingi bumi. Sedang sistem Solar berlandas peredaran bumi mengelilingi matahari. Adapun sistem Lunisolar merupakan perpaduan keduanya. Penanggalan Imlek termasuk sistem Lunisolar. Itu sebabnya setiap 19 tahun perlu dilakukan tujuh kali penambahan sisipan, satu bulan ‘LUN’ sesuai perhitungan tertentu. Dengan begitu kadangkala dalam setahun memiliki 12 bulan plus satu. Perhitungan ini merupakan penyesuaian selisih hari per tahun (yang disebabkan beda sistem tadi). Oleh karenanya, saat Tahun Baru Imlek setiap tahun senantiasa bergeser, namun tak pernah lebih cepat dari tanggal 21 Januari, dan takkan lebih lambat dari tanggal 19 Pebruari. Sistem kalender <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Baru_Imlek">Imlek</a> sudah dipakai ribuan tahun sebelum tarikh Masehi pada era Huang Di (± 26 abad SM), dan standard formal dicanangkan reSMi pada era dinasti pertama, XIA, 2205-1766 SM. Dalam perjalanan sejarah, permulaan Tahun Baru Imlek beberapa-kali berubah, hingga menembus era dinasti kedua, SHANG, 1766-1122 SM, serta sampailah pada masa kehidupan Nabi Khongcu. Beliau hidup menjelang akhir era dinasti ketiga, 1122-256 SM, yang disebut zaman Semi dan Rontok (Chun-qiu), tepatnya antara 551-479 SM. Nabi Khongcu adalah penerima Wahyu Tuhan sebagai Nabi yang menggenapi Ru Jiao, Agama Ru (yang kini dikenal sebagai Agama Khonghucu). Namun beliau juga seorang sejarahwan pada zamannya. Oleh jasa beliaulah, kalender Imlek dikembalikan sebagaimana di era dinasti Xia. Hal ini terlukis dalam hikayat kehidupan beliau berikut ini. Tatkala seorang muridnya bertanya tentang cara melaksanakan pemerintahan yang baik, beliau justru menegaskan hal ini; Sabda Nabi Khongcu : ‘Pakailah senantiasa sistem penanggalan dinasti Xia!’ Begitulah sejarah juga mencatat, kaisar Wu Di dari Ahala Han, pada tahun 104 SM menerapkan sepenuhnya sistem penanggalan dinasti Xia, yang sehingga kini tidak lagi pernah berubah. Sebagai penghormatan kepada Nabi Khongcu, ditetapkanlah permulaan Tahun Baru Imlek ini tepat pada tahun kelahiran Nabi Khongcu, 551 SM. Itulah sebabnya, tahun baru Imlek kali ini <strong>berangka tahun 2574</strong>, yang merupakan hasil penjumlahan tahun kelahiran beliau, 551 SM ditambah tahun Masehi 2023! Baca Juga: <a href="https://diswaysulsel.com/tionghoa-sulsel-gelar-open-house-massal/">https://diswaysulsel.com/tionghoa-sulsel-gelar-open-house-massal/</a> Menjadi pertanyaan besar, mengapa Nabi Khongcu menekankan pentingnya pemakaian kembali penanggalan sistem Xia? <strong>Ketepatanperhitungan musim</strong> melalui sistem kalender Xia, memudahkan rakyat dalam bercocok-tanam; Hal ini mengingat pula begitu pentingnya aspek ketepatan musim tanam, diawal musim semi, bagi masyarakat agraris, yang menumpukan hidupnya dengan bersawah-ladang. Dan mereka adalah <strong>mayoritas rakyat </strong>berbagai bangsa, berabad-abad sehingga sekarang. Inilah Wahyu Tuhan yang diturunkan bagi kesejahteraan umatNya, melalui Nabi Khongcu! Berbicara mengenai makna Tahun Baru (Sincia), apanya yang baru? Iman umat Khonghucu menegaskan: ‘Baru’ (Xin) punya demensi yang bisa berarti: ‘Awal atau Pada-mulanya’ maksudnya memperbaiki (memperbaharui), bermaksud selalu ‘Baharu’, dengan artian: agar ‘lebih baik dan lebih baik lagi’ “Bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari, dan jagalah agar baharu selama-lamanya!” (Kitab Suci Ajaran Besar - Da Xue Bab II; Menjadi Rakyat Baru) Dimanakah konteks relevansi akan nilai religi dalam setiap tahun baru? Kalau dihubungkan dengan konsep ‘Tian (Tuhan/Sang Khalik)’, ‘Di (Bumi/Sarana)’, dan Ren (Manusia), dalam agama Khonghucu, maka ada makna yang tersirat dalam hubungan ini; - Bukankah Dia yang Khalik menjadi ‘Zhong Shi’ semesta dan turunannya berarti ada Awal dan Akhir? Masalahnya, dalam hidup ini, dimana kita mau mengawali atau mengakhiri? Ini semua berada pada ‘titik’ relatiflogi batas garis maya imagi manusia. Maka tahun baru, bisa berarti dan senantiasa berarti ‘KESEMPATAN BARU’ (XIN DE JI FEI) - Bukankah bumi menjadi ‘Ibu’ yang menyediakan semua? Hanya mungkin manusia ada yang ‘salah’ dalam mengelolanya. Masalahnya, dalam hidup ini, bagaimana kita mau ‘mencari’ atau men ‘sia-sia’ kannya, ini semua menentukan berhasil atau gagal! Maka tahun baru juga merupakan suatu ‘HARAPAN BARU’ (XIN DE XI WANG) - Bukankah manusia adalah ciptaanNya, yang ter‘mulia’, mengapa manusia tak berdaya-usaha dan ulet bekerja? Masalahnya, dalam hidup ini seberapa kita bisa tidak membuat perkara dan mencari masalah, sehingga menciptakan bencana. Oleh karena itu manusia seharusnya dengan Iman dan Takwa berupaya selalu di dalam Jalan SuciNya. Tahun baru selalu tetap merupakan ‘PERJUANGAN/USAHA BARU’ (XIN DE DIAO ZHAN) <h4>* ASPEK IMAN AKAN PERIBADAHAN ‘TAHUN BARU’ DALAM AGAMA KHONGHUCU (RU JIAO)</h4> Dalam Kitab Sanjak Suci - Shi Jing II.I.6 Perlindungan Illahi - Tian Bao, yang dipertegas dalam Kitab Suci Tentang Kesusilaan - Li Ji V ; bagian Perundangan Para Rajasuci - Wang Zhi, disebut tentang: <strong>SU</strong> <strong>(CI);</strong> Sembahyang Besar ‘<strong>Prasetya dan Sujud</strong>’ kepada Tuhan, Sang Khalik. <strong>YAK</strong> <strong>(YUE); </strong>Sembahyang Besar ‘<strong>Eling dan Takwa</strong>’ kepada Tuhan, Sang Khalik. <strong>SIANG (CHANG);</strong> Sembahyang Besar ‘<strong>Doa dan Asa</strong>’ kepada Tuhan, Sang Khalik. <strong>CIN</strong> <strong>(ZHENG); </strong>Sembahyang Besar ‘<strong>Syukur dan Harapan</strong>’ kepada Tuhan, Sang Khalik. Keempat Sembahyang Besar ini juga dikenal sebagai Peribadahan, yang diselenggarakan pada keempat musim sepanjang tahun, Semi – Panas – Gugur – Dingin. Ibadah umat Khonghucu (Ru Jiao) yang didasari dari keempat Sembahyang Besar ini, sesungguhnya mewakili pula iman agama Khonghucu yang mendasar pada Tian – Di – Ren, dimana antara Tuhan (Sang Khalik), Bumi/Alam Semesta (Sarana), dan Manusia ber’satu’ dalam satu perkara, yang harus dimuliakan insani. Inilah yang dimaksud dengan <strong>‘Memuliakan Hubungan’</strong><strong> - </strong><strong>XIAO (BAKTI)!</strong> <strong>“LAKU BAKTI (MEMULIAKAN HUBUNGAN) ITULAH POKOK KEBAJIKAN; DARI PADANYA AGAMA BERKEMBANG!” (Kitab Suci Bakti – XIAO JING I;4)</strong> Jelas dan tegaslah Makna Suci dari Peribadahan TAHUN BARU – SINCIA, yang bukan sekedar tradisi yang tanpa bersumber kepada Kitab Kitab Suci yang diwahyukan Tian, Tuhan Sang Khalik. Lebih-lebih dari anggapan sekedar sebagai ‘tahun baru kaum Tionghoa’ belaka, ataupun hanya suatu ‘perayaan’ yang diwujudkan dengan segala bentuk ‘euforianya’. Melainkan sebagai<strong> ‘Panggilan Ibadah</strong>’ yang luhur dan suci bagi umat yang mengimaninya. Dan ini semua bukannya tanpa ‘apa dan mengapa’! Selamat Melaksanakan Ibadah Tahun Baru Khongcu-lik 2574.
Sumber: