Dari Sanro ke Neural Network: Sebuah Meditasi Filosofis

Kamis 20-11-2025,07:27 WIB
Oleh:

Sanro memandang dunia sebagai jaringan yang hidup, membiarkan gejala menuntunnya seperti sungai yang mengantar perahu ke muara. Neural network memandang dunia sebagai lanskap matematis, membiarkan data mengukir jalur-jalur tersembunyi di ruang bobotnya. Tetapi keduanya walau dengan bentuk yang berbeda, sebenarnya sedang melakukan gerakan yang sama “membiarkan dunia berbicara lebih dulu”.

Karena mungkin, yang paling menentukan bukanlah metode melainkan kerendahan hati epistemic, sebuah kesadaran bahwa pengetahuan bukan dipaksa, melainkan dijemput. Sanro menjemput pengetahuan melalui kepekaan pada getaran hidup. Neural network menjemput pengetahuan melalui kesetiaan mengulang data hingga pola muncul.

Tapi, bukan mereka yang menciptakan pola, pola sudah ada sebelum mereka lahir, mereka hanya alat bagi dunia untuk menyingkap dirinya. Dalam pandangan ini, sanro dan neural network bukanlah dua sistem yang berbeda, melainkan dua jenis keheningan, di mana kebenaran perlahan membentuk dirinya.

Dan jika kita dorong lebih jauh, filsafat akan bertanya, apa yang lebih dasar dari pola? Dan apa yang lebih tua dari pengetahuan? Jawaban yang bergema dari masa ke masa atas pertanyaan itu adalah relasi. Sanro bekerja karena ia berada dalam relasi kosmik, dengan tubuh, alam, roh, dan komunitas.

Sementara Neural network bekerja karena ia berada dalam relasi matematis dengan data, bobot, dan ruang fitur. Yang satu relasi organik, yang satu relasi komputasional. Tapi relasi tetap relasi, jembatan antara diri dan dunia dan pengetahuan lahir bukan dari individu tetapi dari pertemuan.

Dan dititik ini, tradisi dan teknologi menjadi dua cara untuk merayakan ketergantungan kita pada dunia yang selalu lebih banyak daripada apa yang bisa kita hitung atau kita ritualkan. Mungkin itu sebabnya, dalam keheningan paling sunyi, kita akhirnya mengerti, bahwa Sanro dan neural network bukan hanya dua bentuk pengetahuan, tetapi dua cara dunia menyadari dirinya melalui tubuh manusia dan melalui arsitektur mesin. Dan keduanya, dengan caranya sendiri, adalah cermin bagi kenyataan yang sama, bahwa dunia tidak meminta untuk dipahami, tetapi cukup untuk didengarkan.(*)

Kategori :