Pemkot Makassar

Negeri Keropos Rawan Ambruk

Negeri Keropos Rawan Ambruk

Andi Muhammad Jufri, M.Si (Praktisi Pembangunan Sosial)--

 

Mungkin kita dapat beralasan, bahwa keroposnya bangunan fisik negeri,  karena banyak bangunan dibangun dengan swadaya, mengabaikan standar teknis, tidak melibatkan ahli atau profesional, menggunakan material murah atau bekas, tidak ada regulasi, dan lain-lain. Cukup dengan alasan ini, kita semua pasti akan memaklumi. Sambil menunggu tragedi selanjutnya, dan bila ada tragedi lagi, paket jawaban seperti di atas, akan meredam dan menanamkan hati kita semua lagi. 

 

Sungguh, kita memang negeri yang keropos. Di tengah ingin memperluas, mempertinggi, memperbanyak, memegahkan, atau mempercantik negeri kita, seringkali para individu atau kelompok pemilik rumah, bangunan, tempat ibadah, gedung pendidikan,  gedung olahraga, jembatan, jalan, karena ambisi, rela bernegosiasi dengan tukang bangunan agar harapannya terpenuhi, dan meremehkan serta  menganggap enteng dan tak memperhatikan lagi aspek keselamatan, kekuatan dan daya tahan bangunan. 

 

Sang tukang bangunan pun, dengan lugu dan rendahnya kesadaran akan kerawanan fisik bangunan, terus mengerjakan, membangun, dan memenuhi ambisi sang pemilik bangunan tanpa kerisauan dan kepedulian akan keselamatan pengguna dan pemanfaat bangunan nantinya. Lingkaran ambisi dan kebodohan ini, membuat bangunan fisik rakyat keropos dan rawan ambruk. 

 

Bangunan fasilitas publik juga mengalami kerawanan  keropos dan ambruk. Apabila para pengambil kebijakan, pembuat keputusan,  perencana teknis, pelaksana pembangunan dan pekerja, masing-masing ingin mengambil keuntungan melebihi batas,  maka desain dan kualitas fisik yang terencana, akan bias dan rakyat juga akan jadi korban.  

 

Ambisi ysng melewati batas kemampuan,  kebodohan dan ketidakpedulian kemanusian,  dan hilangnya integritas serta berkembangnya prilaku korupsi adalah  indikator terjadinya keropos jiwa negeri yang menyebabkan keroposnya raga (fisik) negeri. Jiwa dan raga negeri yang keropos, telah membuat kita panen dengan ambruknya fasilitas fisik negeri baik milik individu, kelompok, swasta maupun pemerintah di berbagai tempat dan pelosok negeri. 

 

Di bidang pembangunan publik lainnya juga terjadi demikian. Kita memanen tragedi di bidang transportasi, mulai dari kecelakaan motor, mobil, dan bis di jalanan karena keroposnya fisik kendaraan, rem yang  aus, kondisi jalan yang berlubang dan berombak, serta pengemudi yang lalai. Di laut, kita juga prihatin dengan perahu nelayan dan kapal penumpang terbalik, terbakar dan tenggelam karena keroposnya badan kayu dan besi perahu atau kapal,  muatan penuh melewati batas dan prilaku pengemudi dan kapten kapal yang ceroboh. Di udara, kita juga mengalami keroposan pesawat udara karena keterlambatan perbaikan dan pemeliharaan dan kelalaian sang pilot yang rawan mabuk dan narkoba. 

 

Di bidang lingkungan, kita mengalami dan melihat sendiri,  alam dan lingkungan sekitar kita juga keropos. Banjir,  longsor, kekeringan,  kebakaran, kerusakan hutan, polusi dan pencemaran udara terjadi  karena eksploitasi sumber daya alam yang telah dilakukan selama ini, telah melewati batas ekologi. 

 

Sumber: